Langsung ke konten utama

Postingan

Dahulu dan Sekarang

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, rasanya baru kemarin diriku dilahirkan. Kini, aku telah beranjak dewasa. Sudah tahu harus ke mana kaki ini melangkah. Kembali bernostalgia ke masa anak-anak. Indah sekali saat itu, banyak kenangan melintas dipikiranku. Tentang kejadian lucu, senang maupun sedih. Tak bisa kuungkapkan semua, terlalu banyak dan rumit. Namun, ada satu kebiasaan aku dahulu yang masih sama sampai sekarang, yaitu suka sekali   ngemil . Daripada harus makan nasi, lebih suka dan betah kalo di rumah ada makanan ringan yang dimakan. Cepat sekali makanan itu habis, dibandingkan makanan berat. Aku selalu suka ngemil tanpa memikirkan orang lain. Tapi kini berbeda, aku suka sekali berbagi. Walaupun ngemil, tapi tetap menawarkan atau membaginya. Mungkin karena pikiranku pun sudah berubah. Rasanya lebih nikmat dan berkah jika membaginya daripada makan sendiri. Alhamdulillah, sekarang sudah belajar berbagi dalam hal apapun.             Aku sadar, aku adalah orang yang ti
Postingan terbaru

Produktifkah?

Satu kata yang terbesit dalam hati. Apakah semua yang kulakukan produktif? Atau hanya sekedar menunaikan kewajiban. Aku sibuk dengan berbagai macam kegiatan. Namun, apakah semua itu produktif? Sudah menghasilkan apakah aku selama ini. Apa saja yang telah aku lakukan untuk kebaikan diriku dan keluargaku? Apa yang sudah kulakukan untuk orang-orang sekitarku? Sudahkah aku bermanfaat untuk mereka? Ataukah aku hanya mementingkan diriku sendiri? Aku termenung saat melihat salah satu tulisan mengenai produktif atau hanya sibukkah aku. Beberapa waktu lalu, aku bebincang dengan salah satu tetangga di rumahku. Ia bercerita tentang karakter yang ia miliki. Ia sangat menjunjung tinggi akhlak. Aku kagum dengan beliau, dan aku merasa lebih bersemangat menjalani semuanya. Semuanya harus lillah. Tetapi jangan lupa dengan manfaat apa yang telah kita lakukan untuk orang-orang sekitar kita. Terutama orang yang paling dekat dengan kita, yaitu keluarga, dan selanjutnya masyarakat sekitar. Jangan sampa

Maaf

Untuk dia yang pernah singgah di hatiku, hati ini mungkin tersakiti. Namun, aku tak mau larut dalam masa lalu yang kelam. Aku hanya ingin menata hidupku kembali, untuk masa depan yang lebih baik. Dengan dirimu atau pun bukan, aku serahkan semuanya pada Sang Pencipta. Beberapa waktu lalu memang aku sulit untuk melupakanmu, tetapi aku terus berusaha mengalihkannya. Aku hanya ingin mencintai Allah sepenuh hati.             Kini, aku sudah sadar akan hakikat hidup. Aku selalu memikirkan bagaimana jika umurku tak panjang lagi, belum ada yang aku lakukan untuk membalas jasa orang-orang yang aku cintai. Khususnya kepada orangtua dan keluargaku, yang selalu ada untukku. Memang masih ada rasa itu padamu, namun aku tak mengaggapnya ada. Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Semuanya aku serahkan pada Sang Ilahi.             Aku tak mau terlalu memikikan jodoh, biarlah itu pada saatnya nanti. Aku hanya berusaha menjadi lebih baik, untuk menghadapi kemungkinan apapun yang terjadi. Maaf dan terim

Merindu-Mu

Detik demi detik berjalan begitu cepat, berjalan terus tanpa henti, tiada berbekas. Itulah yang dirasakan saat hati tak lagi sejalan dengan akal. Mungkinkah itu yang dinamakan mati rasa? Saat melakukan banyak pekerjaan, mulai dari yang wajib sampai yang sunnah. Namun, tatkala melakukannya tak ada rasa apapun, hanya berlalu begitu saja, hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Apakah benar itu yang dinamakan mati rasa? Saat melakukan pekerjaan baik, tetapi bukan diniatkan karena Allah, apakah bisa disebut dengan ibadah? Sedangkan pekerjaan yang buruk dengan niat karena Allah, apakah bisa disebut ibadah? Mengapa hal-hal itu sering muncul saat ini, saat di mana mulai tumbuh semangat baru? Apakah salah mempertanyakannya? Harus apakah makhluk lemah ini menjalaninya? Saat-saat muncul perasaan itulah sebenarnya kita sedang diuji, sampai mana keimanan dan ketakwaan kita. Saat-saat sendiri, saat di mana harus berjuang, bukan hanya memikirkan diri sendiri namun juga orang lain. Saat hubungan i